Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta merupakan salah satu institusi pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di Indonesia. Sebagai perguruan tinggi yang berdiri di jantung ibu kota negara, IAIN Jakarta tidak hanya menjadi pusat pembelajaran keislaman, tetapi juga menjadi ruang transformasi pemikiran, tempat para intelektual Islam Indonesia tumbuh dan berkembang.
Meskipun kini telah berubah nama menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta, semangat dan identitas sebagai IAIN masih terasa kuat. https://www.iainjakarta.ac.id/ Nama ini merepresentasikan masa awal kebangkitan pendidikan tinggi Islam di tanah air, dan menjadi fondasi kuat dari pencapaian akademik serta sosial yang diraih lembaga ini hingga hari ini.
Awal Berdiri dan Tujuan Didirikan
IAIN Jakarta dibentuk atas dasar kebutuhan mendesak negara baru Indonesia terhadap tenaga-tenaga ahli yang tidak hanya memahami teks-teks keagamaan, tetapi juga mampu menafsirkannya secara kontekstual dalam kehidupan masyarakat modern. Pada tahun 1957, Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) didirikan sebagai cikal bakal IAIN. Pada tahun 1960, ADIA dilebur ke dalam IAIN Yogyakarta dan kemudian berkembang menjadi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nama “Syarif Hidayatullah” dipilih untuk mengenang sosok Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo, sebagai simbol dakwah Islam yang ramah, inklusif, dan menyatu dengan budaya lokal. Filosofi ini pula yang diusung IAIN Jakarta dalam proses pembelajaran dan pengembangan keilmuannya.
Perkembangan Menuju Multidisipliner
IAIN Jakarta awalnya hanya memiliki beberapa fakultas berbasis agama, seperti Fakultas Tarbiyah, Syariah, Ushuluddin, dan Adab. Fokus kajian berkisar pada ilmu keislaman murni: tafsir, hadis, fiqih, sejarah Islam, dan pendidikan agama. Pendekatan yang digunakan sangat tekstual dan normatif, khas metode pendidikan pesantren yang dibawa ke dalam sistem akademik.
Namun memasuki dekade 1990-an, IAIN mulai melakukan pembaruan kurikulum dan metode pengajaran. Kajian Islam mulai dikaitkan dengan pendekatan sosial, budaya, dan politik. Konteks kekinian mulai masuk ke dalam ruang kuliah. Inilah titik balik menuju pendekatan integratif antara ilmu agama dan ilmu sosial-humaniora.
Transformasi besar terjadi pada tahun 2002 saat IAIN Syarif Hidayatullah resmi beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Sejak saat itu, fakultas-fakultas baru bermunculan, seperti Psikologi, Ilmu Sosial dan Politik, Ekonomi dan Bisnis, serta Sains dan Teknologi. Transformasi ini merupakan wujud respons terhadap tantangan zaman serta kebutuhan akan lulusan yang tidak hanya religius, tetapi juga profesional dan berdaya saing global.
Komitmen terhadap Islam Moderat
Salah satu keunikan dan kekuatan IAIN Jakarta adalah komitmennya terhadap Islam yang moderat. Di tengah tantangan globalisasi dan berkembangnya paham radikal di berbagai tempat, IAIN Jakarta menjadi benteng terakhir Islam rahmatan lil ‘alamin—Islam yang inklusif, toleran, dan menghargai keberagaman.
Nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan di ruang kelas, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan kampus. Mahasiswa didorong untuk berpikir kritis, dialogis, dan terbuka. Diskusi lintas agama, kajian pluralisme, seminar kebangsaan, serta pelatihan toleransi sering diadakan baik oleh dosen maupun organisasi mahasiswa.
Dosen-dosen IAIN Jakarta juga banyak yang menjadi narasumber nasional dalam isu-isu penting, seperti deradikalisasi, pendidikan karakter, dan pembangunan peradaban Islam modern. Tak sedikit dari mereka yang menjadi penasehat kebijakan publik, baik di Kementerian Agama maupun lembaga-lembaga riset strategis nasional.
Dinamika Kehidupan Mahasiswa
Mahasiswa IAIN Jakarta datang dari seluruh penjuru Indonesia. Keanekaragaman latar belakang sosial dan budaya membuat kampus ini menjadi miniatur Indonesia yang plural. Selain menimba ilmu di ruang kelas, mahasiswa juga aktif dalam berbagai kegiatan non-akademik.
Organisasi intra kampus seperti Senat Mahasiswa dan Dewan Eksekutif Mahasiswa aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah, sosial, dan budaya. Unit kegiatan mahasiswa (UKM) seperti teater, paduan suara, jurnalistik, olahraga, hingga bela diri juga mewarnai kehidupan kampus. Sementara itu, organisasi ekstra kampus seperti PMII, HMI, dan KAMMI turut menjadi wadah pembentukan karakter dan pemahaman keislaman dari berbagai sudut pandang.
Di sisi spiritual, kehidupan keagamaan sangat hidup. Masjid kampus menjadi pusat kegiatan rohani, mulai dari kajian kitab kuning, halaqah Qur’an, hingga program tahfidz. Asrama mahasiswa juga menjadi tempat pembinaan karakter dan peningkatan wawasan keislaman.
Prestasi dan Alumni
IAIN Jakarta telah melahirkan ribuan alumni yang berkiprah di berbagai sektor. Banyak dari mereka yang menjadi ulama terkemuka, pejabat negara, cendekiawan, dosen, peneliti, hingga aktivis sosial. Alumni IAIN memiliki reputasi kuat dalam integritas, kecakapan akademik, dan kepedulian sosial.
Beberapa tokoh nasional yang merupakan alumni IAIN Jakarta antara lain:
- Prof. Dr. Azyumardi Azra, intelektual muslim dan sejarawan Islam yang mendunia.
- Prof. Komaruddin Hidayat, mantan rektor UIN Jakarta, kolumnis, dan tokoh pluralisme.
- Prof. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, yang aktif mengkampanyekan Islam damai.
- Dr. Abdul Moqsith Ghazali, anggota Lembaga Bahtsul Masail PBNU dan cendekiawan Islam kontemporer.
Prestasi akademik mahasiswa IAIN juga patut dibanggakan. Mereka sering meraih juara dalam lomba debat nasional, karya tulis ilmiah, serta konferensi keagamaan dan pendidikan. Ini menjadi bukti bahwa mahasiswa IAIN mampu bersaing dan berkontribusi secara positif di berbagai level.
Peran dalam Pembangunan Masyarakat
IAIN Jakarta bukan hanya lembaga akademik, tapi juga agen perubahan sosial. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), penelitian terapan, dan pengabdian masyarakat, dosen dan mahasiswa turut berperan aktif dalam pembangunan sosial, terutama di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi syariah, dan advokasi sosial.
Kampus ini juga menjadi laboratorium sosial keagamaan, di mana pendekatan-pendekatan Islam bisa diuji dan dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat urban yang plural dan kompleks. Kolaborasi dengan lembaga pemerintah, swasta, dan LSM menjadikan IAIN Jakarta sebagai mitra strategis dalam membentuk masyarakat madani.
Tantangan ke Depan
Meskipun telah banyak pencapaian, IAIN Jakarta masih menghadapi sejumlah tantangan besar. Di antaranya:
- Digitalisasi pendidikan: Perlu peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk menghadapi era teknologi informasi.
- Internasionalisasi: Perluasan kerja sama global masih harus terus diperkuat agar mampu bersaing di tingkat internasional.
- Komersialisasi pendidikan: Menjaga keseimbangan antara mutu pendidikan dan aksesibilitas bagi kalangan kurang mampu adalah tantangan tersendiri.
- Radikalisme dan intoleransi: Kampus keislaman perlu terus menjadi benteng terakhir dalam melawan narasi kebencian dan eksklusivisme.
Kesimpulan
IAIN Jakarta adalah tonggak sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Dari masa ke masa, ia terus bertransformasi menjawab tantangan zaman, sambil tetap menjaga akar tradisi Islam yang kuat. Identitasnya sebagai pusat intelektual Islam yang moderat menjadikan IAIN Jakarta sebagai rujukan penting, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat regional dan internasional.
Meski kini dikenal dengan nama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semangat dan warisan IAIN tetap hidup dan memberi inspirasi bagi generasi muda muslim untuk menjadi agen perubahan yang berilmu, beriman, dan berakhlak.
Jika kamu ingin artikel ini dijadikan bahan untuk konten media sosial, artikel berita kampus, atau narasi brosur pendidikan, saya bisa bantu menyesuaikannya. Ingin saya bantu ubah formatnya?